Nama : Dwiky
Wijaya
Nim :
P27905118006
A. Pengertian
Timbang Terima
Menurut Nursalam
(2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain
laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan
rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks
yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki
perawat dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam
menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian
Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan
tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek
perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok
profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang
terjadi pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang
spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan
keperawatan sebelumnya
B.
Tujuan
Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals
Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan
kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang
terima adalah:
a.
Menyampaikan
kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b.
Menyampaikan
hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya.
c.
Tersusunnya
rencana kerja untuk dinas berikutnya.
.
C.
Manfaat
Timbang Terima
Manfaat timbang
terima menurut AHHA (2009) adalah:
a.
Peningkatan
kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya, penyediaan informasi
yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
b.
Selain
mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah kebudayaan
atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima mengandung
unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga
sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan selanjutnya.
c.
Timbang
terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan beban
emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan emosional
akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat
berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain,
proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.
d.
Timbang
terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan motivasi,
menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan pada tahap
asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien
yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat,
menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat, serta
perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif.
e.
Selain
itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan masalah
secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima
dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan
manfaat bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima
adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien
dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
D.
Prinsip Timbang Terima
Friesen, White dan
Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :
a.
Kepemimpinan
dalam timbang terima pasien
Semakin
luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang
terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima
pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera
harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.
b.
Pemahaman
tentang timbang terima pasien
Mengatur
sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien harus
dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari
perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri
timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf
klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima
pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat
pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c.
Peserta
yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi
dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang
proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika
memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang
terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d.
Waktu timbang terima
pasien
Mengatur waktu
yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini
sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat
memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian
jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika
pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan
waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang
berkelanjutan, aman dan efektif.
e.
Tempat timbang terima
pasien
Sebaiknya, timbang
terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika
tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan
timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang
efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan
misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi.
f.
Proses timbang terima
pasien
1)
Standar protocol
Standar protokol
harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari
pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan
yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
Pada
kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat
pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
3)
Informasi
kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya,
misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
E.
Jenis Timbang Terima
Menurut
Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan dengan
perawat, antara lain:
a.
Timbang
terima pasien antar dinas
Metode timbang
terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode,
antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat
tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan
laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
b.
Timbang
terima pasien antar unit keperawatan
Pasien
mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di
rumah sakit.
c.
Timbang
terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik.
Pasien
sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat
inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah
dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
d.
Timbang
terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman
pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara
pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit
ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
e.
Timbang
terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan
pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang obat-obatan
sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara
pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.
F.
Hambatan Timbang Terima
Engesmo dan Tjora
(2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang terima,
diantaranya adalah:
a.
Perawat
tidak hadir pada saat timbang terima
b.
Perawat
tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk pada
saat pelaksanaan timbang terima
c.
Perawat
yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan
pasien mereka saat ini
G. G. Langkah
– langkah pelaksanaan Timbang Terima
Menurut
Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima adalah:
Ø
Kedua
kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
Ø
Dinas
yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
Ø
Perawat
primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang selanjutnya meliputi:
1.
Kondisi
atau keadaan pasien secara umum.
2.
Tindak
lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
3.
Rencana
kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
4.
Penyampaian
timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
5.
Perawat
primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung melihat keadaan
pasien
H. Pelaksanaan Timbang Terima yang baik dan
benar
Menurut
AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya:
Ø
Timbang
terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang cukup panjang
agar tidak terburu-buru.
Ø
Pelaksanaan
timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan darurat yang
mengancam kehidupan pasien.
Ø
Perawat
yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk mengetahui
informasi dari dinas selanjutnya.
Ø
Timbang
terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga perlu dilakukan
pada setiap pergantian dinas.
Ø Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur
I. Metode Timbang Terima
1.
Timbang
terima dengan metode tradisional
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa
operan jaga (handover) yang masih tradisional adalah:
a.
Dilakukan
hanya di meja perawat.
b.
Menggunakan
satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya pertanyaan atau
diskusi.
c.
Jika
ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
d.
Tidak
ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
2.
Timbang
terima dengan metode bedside handover
Menurut
Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan
model bedside handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur
pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk
mendapatkan feedback. Secara umum materi
yang disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun
bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya:
a.
Meningkatkan
keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi penyakitnya
secara up to date.
b.
Meningkatkan
hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c.
Mengurangi
waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara khusus.
Bedside handover
juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan pasien jika ada informasi
yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis yang
lain
Timbang terima
memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:
a. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian
diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu
berupa one way communication.
b. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada
medical record saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode
yang digunakan tersebut masih relevan untuk dilakukan bahkan beberapa rumah
sakit menggunakan ketiga metode untuk dikombinasi.
J.
Prosedur
(SOP)
A. 1. Pengertian
Timbang Terima
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu Informasi yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
A. 2. Tujuan Umum:
Mengkomunikasikan
keadaan pasienl dan menyampaikan informasi yang
penting.
B. 3. Tujuan Khusus:
· Menyampaikan kondisi dan
keadaan pasien (data fokus)
· Menyampaikan hal yang
sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
· Menyampaikan hal penting
yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas berikutnya
· Menyusun rencana kerja
untuk dinas berikutnya
C. 4. Manfaat bagi perawat :
1. Meningkatkan kemampuan
komunikasi antar perawat
2. Menjalin suatu hubungan kerjasama
dan bertanggungjawab antar perawat
3. Perawat dapat mengikuti
perkembangan klien secara paripurna
4. Peningkatan pemahaman
pelaksanaan timbang terima pasien
5. Terhindar dari kekeliruan
pemberian tindakan keperawatan
6. Menimbulkan rasa aman
7. Meningkatkan percaya
diri/bangga
1) a. Manfaat bagi pasien:
Klien
dapat menyampaikan masalah secaral
langsung bila ada yang belum terungkap
2) b. Manfaat bagi Rumah sakit:
Meningkatkan
pelayanan keperawatan kepadal
klien secara komprehensif
D. 5. Tahapan
dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Menurut Lardner et.all (1996, dalam
http://ckjnersmanajer.blogspot.com, 2009), operan memiliki 3 tahapanyaitu:
1. Persiapan
yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggungjawab. Meliputi
faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya.
2. Pertukaran
shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang berupa
pertukaran informasi yang memungkin adanya komunikasi dua arah antara perawat
yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang dating.
3. Pengecekan
ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang menerima operan untuk
melakukan pengecekan data informasi pada medical record atau pada pasien
langsung.
E. 6. Langkah-langkah
yang harus diperhatikan dalam melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam, 2002):
1.
Kedua kelompok shift
dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan
dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang disampaikan
3.
a.
Kondisi atau keadaan
klien secara umum
b.
Tindak lanjut untuk dinas
yang menerima operan
c.
Rencana kerja untuk dinas
yang menerima operan
4.
Penyampaian operan di
atas (point c) harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
5.
Perawat penanggung jawab
dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.
F.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam prosedur operan jaga (Nursalam, 2002), meliputi:
1.
Persiapan
a.
Kedua kelompok dalam
keadaan siap
b.
Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku catatan
2.
Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a.
Timbang terima
dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b.
Dari nurse station
perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara
komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
c.
Hal-hal yang sifatnya
khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus
untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat yang berikutnya
d.
Hal-hal yang perlu
disampaikan pada saat timbang terima adalah :
1) Identitas
klien dan diagnosa medic
2) Masalah
keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan
keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi
kolaborasi dan dependen
5) Rencana
umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat
yang melakukan timbang terima daat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas Penyampaan pada saat
timbang terima secara singkat dan jelas
f. Lama timbang terima untuk
setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
Pelaporan
untuk timang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh
perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.
(2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Ed.1. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam.
(2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Ed.4. Jakarta: Salemba Medika.
Marquis,
Bessie L, dkk. (2010). Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan : Teori dan Aplikasi.Edisi 4. Jakarta:EGC